Banyuwangi Sabet Juara 1 Nasional AVI 2025 Berkat Inovasi Rindu Bulan

$rows[judul]

BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi kembali membuktikan kapasitasnya sebagai daerah dengan inovasi pendidikan yang progresif. Pada ajang Apresiasi Video Inspiratif (AVI) Wajib Belajar 13 Tahun Jenjang SMP Tahun 2025 yang digelar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Banyuwangi berhasil meraih Juara 1 Nasional berkat terobosan dalam menangani Anak Tidak Sekolah (ATS) dan Anak Berisiko Putus Sekolah (ABPS). 

Penghargaan bergengsi dari Direktorat SMP itu diberikan kepada Dispendik Banyuwangi atas keberhasilannya menghadirkan program yang mampu menekan angka anak putus sekolah secara signifikan. 

Prestasi tersebut dituangkan dalam video berjudul Rindu Bulan: Menemukan yang Hilang, Mengembalikan Harapan, yang mengangkat strategi kolaboratif desa dan pemerintah daerah dalam membuka kembali akses pendidikan bagi anak-anak rentan.


Baca Juga : Rindu Bulan Turunkan ATS Hingga 54 Persen, Banyuwangi Jadi Contoh Nasional

Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Dispendik Banyuwangi, Lina Kamalin, menjelaskan bahwa Rindu Bulan memiliki makna mendalam. Selain sebagai nama program, istilah tersebut merupakan akronim dari “Rintisan Desa Kelurahan Tuntas Wajib Belajar 13 Tahun”. 

Filosofi “menemukan yang hilang” menggambarkan upaya pemerintah daerah dalam mengidentifikasi anak-anak yang keluar dari jalur pendidikan formal.

“Anak-anak yang tidak sekolah ini kami gambarkan sebagai mereka yang lepas dari orbit pendidikan. Tugas kami adalah menarik mereka kembali, memberikan harapan baru,” ujar Lina dalam sesi AVI 2025.

Ia menambahkan, keberhasilan program tidak terlepas dari evaluasi berkelanjutan yang terus dilakukan. Menurutnya, komitmen kepala daerah untuk turun langsung ke lapangan menjadi kunci berjalannya program secara konsisten.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Abdul Mu'ti, menegaskan pentingnya pendidikan inklusif. Ia menyampaikan bahwa setiap anak berhak memperoleh layanan pendidikan bermutu tanpa memandang latar belakang sosial, kondisi fisik, maupun identitasnya.

Abdul Mu’ti juga menekankan bahwa penyelenggaraan pendidikan membutuhkan partisipasi seluruh unsur masyarakat. Pemerintah disebut tidak bisa bekerja sendirian, sehingga kolaborasi berbasis komunitas menjadi pilar penting.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Gogot Suharwoto, menyampaikan bahwa AVI 2025 diadakan sebagai ruang berbagi praktik baik antar daerah sehingga dapat memacu kreativitas dinas pendidikan di seluruh Indonesia.

Keberhasilan Banyuwangi melalui program Rindu Bulan menjadi bukti bahwa inovasi berbasis kearifan lokal, ketika didukung kepemimpinan yang kuat dan partisipasi masyarakat, mampu membantu mewujudkan wajib belajar 13 tahun sekaligus memperkuat fondasi pembangunan manusia di tingkat daerah. (*)