Banyuwangi – Menyambut datangnya puncak musim hujan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memperkuat kesiapsiagaan pengendalian banjir melalui serangkaian langkah teknis yang dijalankan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pengairan. Salah satu agenda utama adalah normalisasi aliran sungai dan saluran drainase di area perkotaan, yang dinilai menjadi garda terdepan dalam mencegah genangan air.
Program normalisasi tersebut berfokus pada pembersihan sedimen, pengerukan lumpur, serta pengangkatan sampah dan material organik yang menumpuk di sepanjang aliran air. Pemerintah menilai upaya preventif ini penting dilakukan lebih awal agar sistem drainase mampu bekerja maksimal ketika curah hujan meningkat dalam waktu singkat.
Plt. Kepala DPU Pengairan Banyuwangi, Riza Al Fahrobi, mengatakan bahwa berbagai sungai dan saluran penghubung kerap mengalami penyempitan kapasitas karena endapan yang terbawa arus dalam jangka panjang. Kondisi itu, jika tidak segera ditangani, berpotensi memperbesar risiko banjir di kawasan padat penduduk.
“Fungsi hidrologis sungai harus dijaga. Ketika sedimen menebal, ruang aliran berkurang, sehingga air tidak bisa bergerak cepat menuju hilir. Dampaknya, jalan dan permukiman lebih rentan tergenang,” ujar Riza, Rabu (19/11/2025). Ia menambahkan, musim pancaroba menjadi momen paling ideal menjalankan pengerukan karena debit air relatif stabil.
Dalam dua pekan terakhir, DPU Pengairan telah menuntaskan pekerjaan normalisasi di sejumlah titik prioritas—di antaranya Lingkungan Keramat, Kelurahan Kertosari, serta Lingkungan Wonosari, Kelurahan Sobo. Kedua kawasan tersebut tercatat memiliki kerentanan banjir akibat topografi cekung dan kedekatan dengan aliran sungai.
Metode pengerjaan disesuaikan dengan kondisi medan. Di lokasi sempit yang sulit dijangkau alat berat, petugas menggunakan teknik manual dengan dukungan warga sekitar. Sementara di sungai dengan bentang lebar, eskavator dan dump truck diterjunkan untuk mempercepat pengangkatan material.
Selain normalisasi, tim teknis juga melakukan pengecekan rutin pada gorong-gorong, pintu air, dan saluran lingkungan untuk memastikan tidak ada hambatan struktural yang berpotensi memperlambat aliran air hujan.
Namun, pemerintah menegaskan bahwa upaya mitigasi tidak hanya bertumpu pada intervensi infrastruktur. Menurut Riza, perilaku masyarakat memiliki peran besar dalam menjaga kelancaran aliran air. “Banjir bukan hanya urusan cuaca. Sampah yang dibuang ke sungai adalah pemicu utama penyumbatan. Karena itu, partisipasi warga sangat menentukan,” tuturnya.
Pemkab Banyuwangi mengimbau masyarakat lebih aktif menjaga kebersihan lingkungan, melakukan kerja bakti, dan segera melapor apabila menemukan saluran tersumbat. Pengawasan lapangan juga akan diperketat sepanjang musim hujan demi meminimalkan dampak bencana hidrometeorologi di kawasan perkotaan. (*)