RSUD Blambangan Kembangkan Metode EMPLOK, Selamatkan Bayi Berat Lahir Rendah

$rows[judul]

Banyuwangi – Ruang Perinatologi RSUD Blambangan menghadirkan inovasi perawatan baru untuk bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), yaitu metode EMPLOK atau Energi Manusia Positif meLalui metOde Kanguru. Inovasi ini terbukti efektif dalam menurunkan risiko kematian bayi dan memperpendek masa perawatan di rumah sakit.

Ruang Perinatologi, yang juga dikenal sebagai ruang bayi, merupakan fasilitas rawat inap khusus untuk bayi berusia 0–28 hari yang membutuhkan perawatan intensif. Layanan ini menangani berbagai kondisi risiko tinggi, seperti sindrom gangguan pernapasan (RDS), bayi prematur, BBLR, kelainan bawaan, asfiksia neonatorum, kuning pada bayi (ikterus), gastroenteritis, bronkopneumonia, anemia akibat penyakit hemolitik, hingga sepsis.

Menurut tim medis RSUD Blambangan, bayi BBLR kerap mengalami masalah serius, mulai dari kesulitan bernapas, lemah dalam mengisap ASI, rentan terhadap infeksi, hingga hipotermia. Kondisi ini tidak jarang menyebabkan masa rawat inap menjadi lebih lama. Setelah pulang dari rumah sakit, sebagian bayi bahkan kembali dirawat akibat ketidakdisiplinan perawatan di rumah, yang dapat berujung pada kematian.


Baca Juga : Kolaborasi RSUD Blambangan, Puskesmas, dan Posyandu Percepat Penanganan Stunting

Untuk mengatasi persoalan ini, RSUD Blambangan memperkenalkan metode EMPLOK, yang memanfaatkan kehangatan tubuh ibu untuk menjaga kondisi bayi. Dalam penerapannya, bayi digendong menggunakan kain khusus yang menyerupai kantung dan ditempelkan langsung ke kulit ibu, mirip dengan metode kanguru yang telah dikenal dalam dunia medis.

“Kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi membantu mengontrol suhu tubuh bayi, meningkatkan keberhasilan pemberian ASI, mengurangi risiko infeksi, serta memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak,” jelas salah satu perawat Perinatologi RSUD Blambangan.

Selain manfaat medis, metode ini juga dinilai murah, aman, dan praktis. Orang tua dapat melanjutkan perawatan ini di rumah tanpa memerlukan peralatan medis mahal. Pihak rumah sakit secara rutin memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada orang tua bayi, khususnya yang memiliki bayi BBLR, agar metode EMPLOK bisa dijalankan dengan benar.

Evaluasi awal menunjukkan hasil yang menjanjikan. Masa rawat inap bayi BBLR berkurang signifikan, angka kejadian infeksi menurun, dan tingkat keberhasilan ASI eksklusif meningkat. Terpenting, angka kematian bayi akibat komplikasi BBLR dapat ditekan.

RSUD Blambangan berharap metode EMPLOK bisa menjadi solusi berkelanjutan dalam perawatan bayi berisiko tinggi, sekaligus menjadi contoh bagi rumah sakit lain di Banyuwangi maupun daerah sekitar.

“Metode ini membuktikan bahwa sentuhan kasih sayang ibu adalah terapi yang sangat kuat. Teknologi canggih memang penting, tapi kehangatan manusia tetap tidak tergantikan,” tambah pihak manajemen rumah sakit.

Dengan pendekatan sederhana namun berdampak besar ini, RSUD Blambangan semakin memperkuat perannya sebagai rumah sakit rujukan yang mengedepankan inovasi dan pelayanan kesehatan berkualitas bagi masyarakat Banyuwangi. (*)