Banyuwangi – Saluran irigasi di Jalan KH Ahmad Kholil, Dusun Cangaan, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, mengalami penyumbatan serius akibat tumpukan sampah. Akibatnya, menghambat aliran irigasi, dan mengancam pasokan air untuk ribuan hektare lahan pertanian di wilayah tersebut.
Kondisi ini bisa berdampak sawah yang sangat memerlukan aliran air stabil untuk menjaga hasil panen.
Sarwadi, Koordinator Sumber Daya Air (Korsda) Genteng, mengungkapkan bahwa debit air di jalur irigasi utama turun drastis akibat sampah yang menumpuk.
“Menyadari situasi ini, kami mengerahkan 10 hingga 15 petugas Korsda dan juru pintu irigasi untuk menangani sumbatan,” ujar Sarwadi.
Meskipun upaya pembersihan terus dilakukan, penurunan debit air tetap menjadi tantangan besar, terutama di tengah musim kemarau. Saat ini, saluran utama hanya mampu mengalirkan dua kubik air.
Guna memastikan distribusi air tetap berjalan, meski dalam jumlah terbatas, Sarwadi menerapkan sistem gilir air. “Kami terpaksa memberlakukan sistem gilir air karena debitnya tinggal dua kubik di saluran utama,” tambahnya.
Selain itu, Sarwadi juga mengimbau warga agar tidak membuang sampah sembarangan ke saluran irigasi maupun sungai. “Sampah yang menumpuk bisa menimbulkan banjir dan merusak area pertanian serta permukiman,” jelasnya.
Tumpukan sampah di beberapa titik bahkan menyebabkan air meluap ke jalan, menggenangi jalur alternatif yang menghubungkan dua kecamatan. Air keruh yang melimpah ke jalan ini mengganggu aktivitas warga dan mencemari lingkungan sekitar.
Sarah, 70, seorang warga Dusun Cangaan, menceritakan dampak sampah yang meluap hingga ke area permukiman. “Sampah-sampah seperti plastik, popok bayi, dan kaleng biskuit terbawa arus hingga masuk ke rumah,” ujarnya. Sarah menduga sampah ini berasal dari hulu sungai, dan ia menyoroti bahwa permasalahan ini terjadi berulang setiap tahun.
Warga sekitar rutin melakukan kerja bakti untuk membersihkan saluran irigasi, tetapi masalah terus berulang. “Setiap tahun masalahnya sama, selalu ada sampah yang mengalir sampai sini,” tambah Sarah.
Dengan ancaman kerusakan lahan pertanian dan banjir, warga dan petugas berharap agar kesadaran masyarakat meningkat dan solusi jangka panjang segera diterapkan. (*)